Budaya Dan Sejarah
Warisan Budaya dan Sejarah di Kecamatan Hu'u
Jio


Kecamatan Hu'u, yang terletak di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, merupakan wilayah yang kaya akan warisan budaya dan sejarah. Peninggalan-peninggalan ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan peradaban masa lalu, tetapi juga menjadi aset berharga bagi pengembangan pendidikan, penelitian, dan pariwisata di daerah tersebut.
Salah satu kekayaan sejarah yang dimiliki oleh Kecamatan Hu'u adalah situs-situs megalitikum. Beberapa artefak yang ditemukan di wilayah ini meliputi kubur bejana batu (kalamba), dolmen, dan menhir. Kalamba adalah wadah batu besar yang diyakini digunakan untuk upacara pemakaman atau ritual tertentu oleh masyarakat kuno. Dolmen dan menhir, di sisi lain, sering kali dikaitkan dengan tradisi penghormatan kepada leluhur atau sebagai penanda wilayah.
Artefak-artefak ini menjadi bukti nyata keberadaan peradaban kuno yang pernah berkembang di wilayah Hu'u. Penelitian terhadap situs-situs ini memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan sosial, kepercayaan, dan teknologi masyarakat masa lalu. Selain itu, situs-situs megalitikum ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik dengan sejarah dan budaya, sekaligus memberikan nilai edukasi bagi masyarakat umum.
Situs Megalitikum
Tradisi "Mbenggo"
Mbenggo, adalah semacam hewan laut yg menyerupai cacing. Dia muncul di tempat-tempat tertentu di pantai Hu’u. Masih sekitar pantai Lakey dan Nanga Romba, Desa Hu’u, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Kemunculan Mbenggo diyakini oleh masyarakat Hu`u bahkan umumnya masyarakat Dompu adalah bentuk reinkarnasi dari Vifa Kafirly. Vifa Kafirly adalah putri tunggal dari Raja Puma, yang menurut catatan sejarah adalah seorang raja yang mendiami sekitar wilayah Kecamatan Hu’u.
Putri tunggal Raja tersebut kala itu menjadi rebutan dua orang Galara atau semacam Kepala Desa saat ini, yakni antara Galara La Tafa dan Galara La Luma.
Viva Kafirly dalam perjodohannya akan disandingkan dengan La Tafa, namun perjodohan tersebut bertentangan dengan perasaannya, dimana sang putri lebih mencintai La Luma. Namun, titah sang ayah tetap memaksakan perjodohan itu.
Ahirnya dia pun melarikan diri meninggalkan istana Puma dan menghilang tidak ditemukan lagi. Masyarakat tempo dulu mengatakan bahwa Viva Kafirly terjun dari Wadu (Batu) Kawentu ke arah laut.
Kisah Viva Kafirly kemudian keyakinan masyarakat yang muncul dalam bentuk Mbenggo, dijadikan tradisi yang sudah berusia ratusan tahun oleh masyarakat Hu’u. Dimana tradisi tersebut dinamakan Condo Mbenggo. Condo berarti mengambil (Mbenggo) dari pinggiran pantai dengan menggunakan jala.
Tradisi ini dilaksanakan sekali dalam setahun, dimana tepatnya dilakukan dihari ke-18 dan 19 bulan Jumadil Ula kalender Hijriyah atau tanggal 13 dan 14 Februari 2017.
Keluarnya Mbenggo ditandai dengan ciri-ciri alam, seperti akan adanya gempa berskala ringan, diselimuti cuaca mendung yang berkepanjangan. Selain itu, dimalam hari terjadi gerimis dan petir.
Keyakinan lain tentang Mbenggo adalah makanan yang dapat menyuburkan kandungan dan penambah hormon.
Keyakinan tersebut terjawab saat mengkonsumsi Mbenggo. Dirasakan dapat memberikan stamina dalam berhubungan badan, dimana ada keinginan yang besar untuk terus menerus berhubungan badan dengan istri, ungkap H. A. Masjid, dilokasi kegiatan. Ditambahkannya, terbukti masyarakat disini memiliki banyak anak dan punya istri lebih dari satu.







